Jejak Kehidupan di Planet Lain


KETIKA Adam menempati firdaus, dia menikmati fasilitas serba ada surga. Namun, di surga yang serba ada itu, ada yang tidak ada, yaitu teman. Segala fasilitas ilhiah tidak mempan membunuh kesepian Adam. Diapun meminta kawan kepada Tuhan, terciptalah Hawa.

Hawa terbukti mampu membunuh kesepian Adam. Keduanya bersama-sama menikmati fasilitas surgawi. Dan di surgapun ada yang haram. Adam dan Hawa memetik buah terlarang dan dikeluarkan dari surga.
 
Tuhan Maha Tahu, Adam dan Hawa hanya bisa hidup di planet yang mirip surga. Tidak panas membara, dan tidak dingin menggigil membekukan. Maka keduanya dikirim ke planet yang mirip surga dimana air dalam bentuk cair berada. Planet itu di pelosok Bima Sakti, bernama Bumi.

Tata Surya memang udik. Dia berada 30.000 tahun cahaya dari Ibukota Bima Sakti. Namun, “kembaran surga” mengorbit bintang “ndeso” itu. Bintang cebol kuning yang menyalakan kehidupan di salah satu planetnya. Di situlah Tuhan menitipkan Adam, 6000 tahun yang lalu.

Semenjak akal budi disematkan di kepala Adam, dia merindukan teman. Demikian pula dengan keturunannya di planet ketiga dari Matahari, yang sejak 2000 tahun lalu bertanya, apakah kita di semesta yang maha luas ini sendirian? Temukan jawabannya di buku Jejak Kehidupan di Planet Lain!

Gambar
Gambar
Prof. DR. Bambang Hidayat, Wakil Presiden International Astronomical Union 1994-2000.